80% Lingkungan sangat mempengaruhi kita dan 60% pengalaman sangat membantu kita. Itu artinya kita harus melakukan tindakan yang nyata atau praktek untuk meningkatkan kemampuan kita. Dan bila belum terbiasa, maka lakukan 40 hari berturut-turut. Awal merupakan sulit. Namun kita bisa karena terbiasa...
Ganbatte!
Luruskan orientasimu!
Saling mengingatlah sesama teman
Satukan mimpi kita! Yosh!

Perempuan Ber-otak

Aku masih normal. Aku perempuan.Tidak pernah sama sekali aku menyukai pada sesama jenis. Laknat Tuhan menjadi salah satu alasanku.Namun  di sini aku tidak bicara tentang agama atau aku tidak bermaksud untuk bertausyiah. Hanya saja, aku merasa geli.
Jangankan laki - laki, aku yakin kalau perempuan yang sensitif/kritis/sehat pikirannya akan langsung melirik perempuan lain yang berpakaian yang jelas- jelas tidak layak dipakai di depan umum. Ini tentang tadi di mall. Ya, aku tahu, ini sudah menjadi kebiasaan bahkan sudah gayanya begitu di zaman meuju akhir era waktu. Pakaiannya menyeleneh. Bukan ghibah. Tapi aku merasa, ah entahlah...
Wajar saja pemerkosaan merajalela. Kebanyakan yang tampak adalah kesalahan perempuannya. Yang paling geli adalah yang ku dengar di salah satu radio. Seorang pendengar menelpon ke radio tersebut, temanya tentang harapan rakyat kepada presiden terpilih. Nah, pendengar ini menginginkan supaya perempuan lebih dilindungi lagi. Ini jelas aku setuju. Karena memang banyak yang menganggap perempuan rendah. Tapi titik permasalahannya adalah tentang pakaian. Pendengar yang merupakan perempuan ini menginginkan supaya laki - laki tidak jelalatan dan 'gatal' matanya saat melihat perempuan menggunakan rok mini. Karena menurutnya, itu hak perempuan, perempuan punya cara untuk menunjukkan bahwa ia cantik dan perempuan punya banyak cara untuk berekspresi. Tetapi, cara nya ini maksudnya cara apa??? Jelas, permintaannya terdengar 'senonoh'. Rok mini, mendengarnya saja sudah 'porno'. Laki - laki normal pasti menyukai perempuan. Kelemahan perempuan adalah auratnya. Bila perempuan menggunakan rok mini, sudah pasti banyak yang melirik. Weleh - weleh!
Iya, benar. Kita memang punya banyak cara untuk berekspresi, tapi ekspresi harus kita imbangi otak. Kita manusia. Dan hanya manusia yang otaknya berfungsi dengan baik dan optimal. Kalau kita hanya mengandalkan selera tanpa seimbangi pikiran dan otak, itu seakan mubazir kalau kita punya otak. Kalau mau berekspresi, jadilah perempuan yang punya otak juga.
Bicara otak, bukan tentang kepintaran. Tapi tentang kekritisan dan kesensitifan kita terhadap lingkungan. Ini tentang kepekaan kita. Sudah sewajarnya kan kalau laki - laki menyukai paha perempuan? Sudah sewajarnya kan kalai - laki menyukai betis perempuan?? Dan banyak dari fisik perempuan yang disukai laki - laki. Kalau tidak tahan iman, habislah perempuan. Untuk itulah, selain otak, imbangi juga dengan iman. Hidup, sangat mubazir hanya untuk pamer aurat. Punya otak kan??? Gunakanlah otak itu. Jadilah perempuan yang ber-otak. Karena dari perempuan itulah lahir seorang anak yang cerdas bila ibunya cerdas. Berpikirlah!

Cinta

Ya, cinta memang tidak tampak. Tapi kita di sini bukan berbicara arti cinta, melainkan kepada siapa kita mencintai. Terus terang, aku masih menjadi pecinta jepang dan ada beberapa artis jepang yang ku suka. Lalu aku masuk ke dalam sebuah atau beberapa grup penyuka jepang atau artis jepang dalam sebuah facebook. Bukan tidak ada positifnya. Ya, aku menyukai karena harus ada positif dan ku tiru. Tapi aku geli setiap penggemar di dalamnya. Ya, memang itu hak mereka. Tapi tidakkah mereka berpikir apakah orang yang mereka cintai nun jauh di sana memikirkan mereka? Mungkinkah sang idola memimpikan mereka? Memang ini jelas suatu khayalan bagi para penggemar Jepang. Selagi belum pernah ke sana, itu masih ghaib. Bahkan nenekku yang pernah naik haji pun aku masih ragu kalau ia pernah ke mekkah karena aku belum pernah ke sana. Bukankah sesuatu yang belum kita capai adalah ghaib?
Nah, bicara ghaib dan idola, mengapa tidak idolakan yang selalu memikirkan kita di saat ujung usianya. Ya, Rasulullah. Walau banyak idola yang ku suka, tetap Rasulullah yang terbaik. Betapa tidak, sebegitu cintanya beliau pada kita sampai ia mengkhawatirkan kita!
Seorang senior di kampusku membuatku tersentuh akan Rasulullah. "Kita hidup di zaman ini untuk diuji apakah kita masih setia pada beliau? Masihkah kita setia pada ajaran beliau?" Ya Allah...ah...jelas saja...aku begitu rindu pada beliau...tapi begitu rupanya...sementara idola fana di bidang hiburan hanya menghibur, bukan mengajak kita ke syurga. Bukankah lebih baik mengidolakan lebih pada yang ghaib yang sudah pasti menyelamatkan kita di akhirat nanti???
Hanya itu saja, memang idolaku banyak dan rata - rata adalah laki- laki. Karena laki-laki di mataku sosok yang semangat. Ya, semoga kita tersadar tentang siapa idola kita sesungguhnya.

Tujuh Belas Agustus yang Teriris

Ku rasa, sepertinya tidak banyak yang akan ku ketik di atas kanvas elektronik ini. Aku selalu suka hari besar nasional. Agustusan? Ya, sekarang memanglah tanggal 17 Agustus. Tapi? Huh! Membosankan dari tahun ke tahun. Selalu aku berpikir, apa yang akan kita persembahkan untuk bangsa ini? Makan Kerupuk? Tarik tambang? Ya, melatih kesabaran, mengikat persaudaraan. Tapi itu hanya berlaku di tanggal itu saja. Selepas tanggal ini, kita kembali seperti biasa tanpa ada niat dan tekad untuk berubah untuk negeri ini.  Tiap tahun selalu begitu. Tau? Aku benar - benar tidak bisa mengungkapkan apa yang ku ungkapkan. Hati ini terlalu teriris. Kita seperti tidak punya hati. Kita seperti tidak punya rasa ah...entahlah...Tau tidak, kenapa?
Dua negara pertama yang mengakui kedaulatan negara kita sedang dijajah. Trus kita kita kalem adem ayem kayak gini aja? Hah...Kok gak ada ungkapan terima kasihnya ya? Malu rasanya pada mereka. Malu rasanya...maluuuu!!!
Aku mau bicara apa lagi??? Tanggal inilah kita diakui sebagai negara oleh Palestina dan Mesir. Tapi kita membuang-buang waktu dan uang untuk lomba yang entah apa yang kita petik...aku tak tau...banyak jawaban tapi hanya berlaku di tanggal itu saja. Nuraninya kemana ya??? Manusia gak cuma punya otak dan nafsu. Tapi juga otak. Pikirkan baik-baik!

Ramadan Kini

Bulan ini tidak ada yang bisa ku bicarakan selain gambar-gambar ini yang berbicara.



Anime VS Sepak Bola

       Aku pernah dengar sebelumnya bahwa tayangan animasi dan buku komik adalah makanannya anak-anak. Kebayakan orang tua mengatakan bahwa itu santapan anak kecil. Waktu kecil aku juga berpendapat demikian. Tapi karena sering menonton berbagai tayangan animasi, aku menemukan ada banyak kartun/anime yang sebenarnya tidak sesuai dengan usia anak-anak bahkan cenderung ke dewasa. Lalu aku membaca komik, aku menemukan  banyak cerita yang tidak sesuai dengan usia anak-anak. Apakah benar animasi dan komik hanya untuk anak kecil semata?Tidak ternyata!
       Baru ku ketahui bahwa banyak anak-anak dan orang-orang yang terpengaruh karena animasi dan komik yang mereka baca. Itu berarti animasi dan komik merupakan sarana efektif untuk menyampaikan suatu hal pada masyarakat. Dan baru ku ketahui juga bahwa menurut hasil peneltian, kita adalah makhluk visual. Dengan gambar, kita bisa terpengaruh dan memahami suatu pokok masalah. Berarti sangat jelas bahwa animasi dan komik adalah sarana yang efektif untuk menyampaikan suatu pesan, bukan?
       Apakah masih berpendapat bahwa animasi dan komik hanya untuk anak-anak? Berpikirlah baik-baik.
Di jepang, animasi dan komik terbagi dengan berbagai genre dan usia jadi pesan yang disampaikan pun benar-benar mengena pada mereka. Sebelumnya, anime di jepang sempat ditolak pemerintah jepang karena dianggap sampah tapi ternyata yang dianggap sampah itulah yang membuat mereka negara jepang menjadi sorotan.
       Tapi masih tidak berlaku di sini. Aku tidak tahu kenapa. Ada yang bilang karena pemerintah tidak mau memfasalitasi para animator dan kartunis. Atau mungkin karena mereka tidak menginginkan Indonesia menjadi terlihat keren? Baiklah, memang banyak dan masih banyak yang bahkan aku mengalami sendiri saat aku mencari komik di perpustakaan kampusku, sang penjaga perpustakaan bilang bahwa komik tidak ada dan itu bacaan anak kecil. Ingin aku melawannya tapi aku merasa itu tidaklah cerdas dan efektif. Kalau memang anime dan komik adalah milik anak-anak, bagaimana dengan sepak bola? Bukankah itu sebuah permainan yang dimainkan oleh anak laki-laki?
      Lalu kenapa sepak bola digembar-gemborkan? Yang parahnya, rakyat Indonesia menjadi sok nasionalis saat negara ini masuk untuk bertanding. Aku melihat ini memalukan sekali karena sepak bola dimainkan oleh orang-orang dewasa bahkan ditonton jutaan jiwa orang. Tidak malu? Itu kan permainan anak kecil? Lagipula sepak bola tidak menjamin Indonesia ini menjadi lebih baik. Tugas mulia? Mana yang tugas mulia? Lebih mulia mana dibanding terjun langsung untuk kepentingan negeri? Bahkan sains pun seakan dianggap memancing muntah mereka saking momoknya!
       Jelas egois sekali kalau anime adalah tontonan anak-anak bila sepak bola masih dilanjutkan bahkan ditayangkan! Bahkan lebih bodoh!
       Tahukah kamu, bahwa banyak negara maju yang punya anime mereka sendiri tapi negara kita malah tidak dianggap. Yang parahnya, animator dan komikus kita 'dicuri' oleh negara lain untuk kepentingan negera itu. Juga menjual produk animasi kita ke luar negeri juga lebih menyakitkan karena dunia hanya tau itu produk negara A padahal itu hasil kita. SAKIT!

Menjadi Jantung yang Tidak Pernah Tampak


Sebenarnya aku ingin menuliskan hal ini saat Jakarta dilanda banjir besar kemarin. Poto pada postingan ini ku ambil dari sebuah majalah. Namun sebelum aku setuju dengan kata-kata yang tertera pada gambar tersebut, aku memiliki pendapat yang sama dengan gambar ini. Seperti yang sudah ku katakan sebelumnya bahwa aku punya rencana untuk menuliskan postingan ini pada saat Jakarta yang heboh dengan banjir besar beberapa waktu lalu. Apa hubungannya dengan gambarnya?
         Baik, aku ingin mengungkapkan bahwa aku muak dan bosan dengan kebanyakan kita yang hanya terus menerus menyalahkan pemerintah saat bencana atau musibah melanda negeri ini. Bukankah banjir sudah menjadi bencana tahunan? Jelas. Lalu apakah dengan memaki-maki, menghina-hina dan menyalahkan pemerintah akan menyelesaikan masalah? Jelas dan sangat jelas tidak sama sekali.
Kita sudah mengetahui bahwa jakarta identik dengan banjir. Kalau memang kerja pemerintah selalu tidak baik, apakah umpatan demi umpatan akan menyelesaikan masalah? Tidak.
          Kita manusia. Punya otak kan? Bersyukurlah karena kita adalah makhluk sempurna yang dianugerahi otak yang dapat bekerja, tidak sama dengan makhluk lain hanya murni menggunakan naluri mereka dalam hidup. Kalau kita tahu kita manusia, gunakan otak kita. Iya, benar negeri ini pemerintah sudah memfasilitasi. Tapi negeri ini bukan milik pemerintah semata. Indonesia adalah milik kita. Tidaklah kita mengurusi kesalahan-kesalahan pemerintah sana yang kerjanya tidak baik, memang kita sudah benar untuk negeri sendiri? Adakah tindakan kita yang tulus untuk negeri tercinta ini? Kebanyakan kita ini pemalas dan hanya bergantung pada yang atas padahal mereka adalah manusia biasa yang sama seperti kita.
           Bila kita mengalami musibah, baiklah mereka tidak mau melirik kita, tapi kalau tidak ada yang membantu negeri ini siapa lagi kalau bukan kita? Bukankah lebih baik kita melakukan tindakan yang nyata untuk negeri yang sebenarnya kaya ini?
           Tidak usahlah kita mengurusi yang menurut kita itu membuat kita jengkel karena yang mengetahui diri kita masing-masing adalah kita. Biarlah itu sudah menjadi urusan mereka dengan Tuhan. Nah, kita lakukan saja kebaikan-kebaikan yang bermanfaat dan dapat menciptakan keharmonisan.
           Tahu jantung kan? Dia tidak tampak. Tapi kita hidup berkat yang tidak tampak itu. Maka, jadilah seperti jantung yang terus berguna bagi pemiliknya walau ia tidak pernah tampak. Karena Indonesia ini bukan milik pemerintah saja tapi juga milik kita. Berguna bagi negeri lebih baik dari pada mencari-cari kesalahan dan mengumpati para pemimpin negeri yang tidak amanah.

Kebiasaan Pagi

Waktu belajar bahasa jepang, guruku menyuruh kami untuk menulis kalimat bahasa jepang tentang apa yang kami lakukan pertama kali ssetelah bangun tidur. Kebanyakan menulis menonton TV, tapi aku unik sendiri dengan menulis aku membaca koran. Dan saat ditukar dan dibagikan secara acak, temanku yang menerima potongan kertas dariku tentang kalimat yang ku tulis, mereka terkejut. Tidak hanya dia, bahkan hampir satu kelas mencari tahu siapa. Aku diam tapi banyak yang menduga bahwa akulah pemilik tulisan itu. Aku heran kenapa aku dipandang aneh. Aku juga menonton seperti mereka tapi kalau ada koran, aku lebih suka membaca koran. Kebiasaan ini telah membudaya sejak aku kecil waktu aku melihat ayah yang sering membaca koran dan aku selalu penasaran sampai ketagihan.
Aku baru sadar, pembaca koran seperti aku dan seusia aku memang jarang. Membaca pun bukan budaya Indonesia. Bahkan dibanding berbasa-basi, aku lebih suka membaca koran walau basa-basi adalh budaya Indonesia. Dari kecil pikiranku sudah tercipta untuk menjadi yang terbaik dalam hal otak. Makanya aku jarang bergaul walau merasa kesepian. Tapi setidaknya, membaca harus menjadi budaya kita. Jelas saja kita jalan di tempat bahkan semakin terbelakang, membaca yan jadi kebiasaan saja sudah menjadi sorotan yang aneh.
Memang, aku melihat kita 'dilarang' untuk maju di negeri sendiri. Tapi walau begitu, aku tidak mau menjadi mereka yang biasa dan umum. Aku ingin menjadi unik dan ini juga akan ada bagusnya untuk bangsa dan agama. Dan aku tak peduli orang bicara apa. Menjadi 'tuli' jauh lebih baik.

Rasulullah Idola Sesungguhnya

Kalau boleh tau, apa yang ada di benak kalian tentang Nabi Muhammad? Bagaimana rupa beliau di pikiran kalian? Tuakah? Gagah kah?
Pasti kalian memvisualisasikan beliau dengan rupa berambut putih, tua, berjubah pokoknya arab banget deh. Dan sepertinya tua juga. Itu kan di pikiran kalian?
Kenapa aku berpikir begitu? Aku tidak asal nebak. Aku juga melihat dan menganalisis. Rata-rata mereka yang mengumpulkan buku-buku tentang Nabi Muhammad adalah orangtua. Anak muda? Ya novel.
Tampak sekali dan jelas sekali. Yang jadi pertanyaan, kenapa di masa sudah merasa tua, baru mengumpukan buku-buku bagus itu? Mudanya bagaimana?
Terlihat bahwa kebanyakan dari kita beranggapan bahwa kita harus ingat agama dan ingat kematian saat jelang tua. Memang, banyak yang wafat di usia tua. Tapi yang punya kuasa itu Allah tentang kematian. Mengapa harus menjadi 'Islam' saat tua? Apa di masa mudanya tidak tertarik untuk belajar agama?
Mungkin postinganku kali ini dinilai religius di mata kalian. Ku rasa tidak, tapi bisa juga iya. Sebab aku paling mudah mengangumi seseorang. Waktu kecil, aku dibiasakan notnon TV dan mengenal banyak artis dan aku mengidolakannya hanya karena cantik. Lalu aku berpikir, kalau cantik, memang apa nilai positif yang diberikannya terhadapku? Selama aku mengidolakannya, aku merasa biasa-biasa saja. Lalu lama-lama aku bosan dan menonton film luar negeri. Lagi-lagi aku menyukai karena fisik. Aku berpikir lagi, bukankah idola itu akan memberikan dampak bagi penggemarnya? Aku tidak sama sekali. Akhirnya aku tertarik mencari tahu siapa itu Nabi Muhammad. Kenapa harus mengidolakan beliau. Dulu aku berpikir bahwa hanya orang-orang yang fanatik atau alim saja yang mengidolakan beliau. Atau banyak yang mengaku penggemar beliau tapi sebatas di mulut. Aku benar-benar tertarik untuk menelusuri siapa Nabi Muhammad hingga aku mengumpulkan buku-buku Nabi Muhammad.
Dari sekian buku yang ku baca, aku mulai jatuh cinta pada beliau. Aku rasa beliaulah idola sesungguhnya. Ku kira dia itu fanatik dan pokoknya mungkin kaku juga. Tapi ternyata beliau itu bisa membuat lelucon dan bergurau. Walau beristri banyak, tapi beliau benar-benar adil. Dan aku selalu menahan tawa tiap membaca tentang kecemburuan Aisyah. Tapi ada juga buku yang ku beli adalah salah. Aku tidak setuju dengan yang tertulis di dalamnya tentang Nabi Muhammad yang seakan dijelekkan. Aku salah beli. Aku tersinggung karena aku sudah menggemari beliau. Tapi buku itu ku simpan saja dari pada ku jual dan menyesatkan orang lain. aku hanya tidak suka beliau dijelek-jelekkan padahal beliau itu teladan. Dia itu utusan Allah. Allah itu Tuhan.
Hmmm...dulu aku sempat iri dengan beliau karena walau beliau menderita, tetapi selalu ada sahabat yang sangat setia. Tapi kini, aku merasakan nikmatnya sebagai penggemar beliau. Sekali lagi, beliau itu idola yang sesungguhnya dan sudah sepantasnya kita mengidolakan beliau sejak dini karena akhlak beliau yang sungguh...entahlah Subhanallah sekali...aku pun membayangkan bahwa beliau itu sosok pemuda yang tangguh dan pokoknya benar-benar keren!
Tidak ada yang bisa menandingi kehebatan beliau sebagai manusia ciptaan Tuhan....dan karena beliaulah, aku semakin butuh akan Islam karena beliaulah yang menyebarkan agama yang mulia ini. Sungguh perfeksionis dan banyak bakat yang dimiliki beliau...
Jadi, saya merasa aneh kalau ada orang menunggu waktu tua menghampirinya, baru ia mengenal Nabi Muhammad....Sangat disayangkan...andai semua pemuda meniru beliau, Aku yakin, Indonesia ini jadi macan Asia bahkan lebih!
Tak apalah mengidolakan yang lain, asal perlu kalian ketahui bahwa Rasulullah-lah yang sosok perfeksionisnya manusia dan mampu menjadi panutan bagi lainnya....

Guru Asal-asalan

Setahu kita, guru adalah yang patut ditiru bukan? Karena ia jauh lebih pengalaman dan pengetahuannya lebih banyak. Lalu bagaimana dengan guru yang asal-asalan???
Dia lulusan jurusan A tapi mengajar B. Dia tidak pernah berkecimpung di dunia A tapi mengajar pelajaran B. Jaka sembung ya gak nyambung!
Bukan ahlinya kenapa dia yang dipilih??? Pantes muridnya kayak gitu...
Saat bertanya, bukan dijawab malah bingung bahkan marah. Parahnya Ada yang cuma masuk kelas dan meringkas. Tidak pernah mengajar. Eh? Korupsi ding? Iya ding...dia kan tugasnya ngajar. Bukan nyuruh murid untuk meringkas. Ada yang lebih parah lagi. Datang, duduk, diam dan dapat duit???Ya, duit sebagai guru. Fungsinya sebagai guru dimana? aku bicara pengalaman loh. Bukan fitnah. Ini pun bukan aku saja yang muridnya tapi ada teman-teman sekelasku yang lain. Lalu, dimana kita mau pintar???? Kenapa dia bisa lolos jadi guru??? Itu pertanyaan besar!
Ya...saya hanya bisa berdecak sambil menggeleng-geleng kepala. Itu sama saja membuang-buang waktu. Cobalah berpikir untuk kemajuan bersama. Iya, pemerintahnya emang begitu. Trus mau apa? Kita juga ikut-ikutan begitu? Yang penting mereka sudah tahu dan biar Tuhan yang turun tangan nantinya. Kita ini ber-Tuhan. Mintalah pada Tuhan disertai dengan usaha-usaha kita. Allah sangat menghargai usaha hamba-Nya. Kalau kita mau berpegang tangan demi kemajuan negeri, Allah tentu tidak buta. Dia Maha Melihat. Kita guru misalnya. Kita sudah dipercaya sebagai guru. Itu artinya bertanggung jawab atas anak-anak indonesia yang mempercayai kita. Kalau kita seorang guru justru berbuat asal-asalan dalam mengajar, Allah tentu Maha Melihat. Pertanggungjawaban di akhirat nanti. Bagaimana kita saat kita menjadi guru. Apakah kita sudah berusaha semaksimal mungkin? Memang, manusia tidak ada yang sempurna. Tapi kalau tekad dan usaha kita kuat, itu sudah terhitung pahala. Hiduplah seratus persen semampu kita sekuat kita. Karena segala yang asal-asalan tidak ada nilainya. Mungikin, wajar kalau murid-muridnya atau remaja-remaji kita gak karuan. Karena ia belajar dari gurunya yang asal ngajar.

Budaya Memaafkan yang Keliru

Aku tidak sependapat bahkan menurutku itu hal yang sangat keliru. Apanya yang keliru?Ya, salah satu budaya Indonesia. Indonesia dikenal sebagai rakyat yang ramah dan pemaaf terlebih bila terlambat. Namun aku yakin hal itu budaya memaafkan yang seperti itu tidak akan berlaku bila dipraktekkan di dunia kerja yang formal. Dalam hal janji pun begitu. Bila sudah berjanji, kita kerap menggunakan kata 'In Sya Allah' tapi rata-rata pengkhianat. Aku kecewa sekali. Dia sudah menyebut nama Tuhan tapi berkhianat. Tampak sekali kalau dia tidak niat menepati janji yang sudah ditetapkan sejak awal. Namun, ada orang jepang yang tidak perlu ku sebutkan namanya justru itu letak 'manusia' kita sebagai manusia. Ya, budaya memaafkan memang baik terlebih itu sudah membudaya pada diri kita. Tapi maaf bila dilakukan berulang-ulang, apakah itu bisa untuk dimaafkan. Tak usah berbohong pada hati. Mulut kita memang bilang 'tidak apa-apa' tapi hati kita?Siapa yang tahu. Banyak yang tidak rela setelah diadakan diskusi di kampus. Jadi mengatakan 'maaf' begitu saja ku rasa itu bukanlah sikap yang bijak. Minta maaf sekali, lalu berjanji pada diri sendiri bahwa kita tidak akan mengulanginya lagi.
Dalam hal terlambat juga begitu. Selalu bilang, maaf maaf dan maaf bila terlambat. Dan alasannya klise. Memang, akhir-akhir ini menemukan pribadiku yang buruk. Aku benci diriku yang sekarang yang tidak seperti dulu yang disiplin dan sangat menghargai waktu. Dan atas terjadinya insiden dan kejaian-kejadian yang ku alami, aku sempat drop hingga aku tidak bisa menentukan hidupku hingga aku tidak bisa disiplin lagi. Dan tiba saatnya aku mendapat dosen yang disiplin, aku jadi bisa datang lebih awal walau awalnya ngedumel di dalam hati. Aku bisa merasakan rasanya jadi mereka yang tidak disiplin. Sekarang aku harus kembali menjadi disiplin lagi, menjadi diriku. Dan aku siap menerima risiko bila aku harus dihukum andai keterlambatan ku lakukan. Itu risiko. Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Dan seharusnya berterima kasih pada dosen itu bukan malah mencelanya. Karena didikannya yang cenderung pada kedisiplinannya. Jadi, ku rasa memaafkan karena terlambat ku rasa tidak bisa ditolerir bila terjadi dua kali. Kita harus latihan di negeri sendiri bila ingin mencicipi angin di negeri orang. Terserah orang bilang apa, nasib ada di tangan kita dan bukan di tangan mereka. Bila ingin menjadi pribadi yang baik, hargai waktu dan tempatkan kata 'maaf' pada tempat yang seharusnya.

Jilbab = Hati ???

Kadang kalau kita kesal dengan orang yang kebetulan berjilbab, kita malah kesan 'menyalahkan' jilbabnya bukan orangnya. Malah ada yang bilang 'Percuma pake jilbab kalau hatinya gak diperbaiki!' atau 'Mending dilepas deh jilbabnya dari pada hatinya gak berjilbab!'
Loh???Horor bener???
Hati berjilbab???
Dibedah dulu dada kita supaya hati bisa dijilbabin???Tentu tidak. Mereka mengira kalau harus yang berhati baik yang boleh berjilbab. Padahal jilbab dan hati adalah dua sisi yang berbeda.
Memang, banyak yang sudah menulis tema seperti ini tapi saya mengangkatnya seperti mengajak anda berbicara sebagai teman.
Sebagai wanita muslim, memang sudah seharusnya menutup aurat ini dan itu. Kalau tahu aturannya, mengapa dilanggar? Karena akhlaknya yang kurang baik???Hmmm..berjilbablah dulu maka akhlak akan mengikuti. Lagipula wanita muslim berjilbab bukan karena dia baik tapi karena memang sudah kewajibannya. Aturan ini tentu dibuat untuk keselamatan wanita itu sendiri.
Bicara wanita berjilbab yang akhlaknya buruk, tidak baik sekali kalau kita mengkait-kaitkan jilbabnya. Nasihati dia kalau perlu bimbing dia supaya dia mau menjadi yang lebih baik. Bila Ia menolak, doakan saja dia. Biar bagaimana pun dia saudara kita. Sesama muslim itu harus saling tolong-menolong. Dan ini akan menjadi ladang amal bagi kita sesama muslim khususnya yang wanita. Berlomba-lombalah dalam kebaikan, niscaya tidak akan ada yang sia-sia di dunia ini. Aamiin.

About Me

Foto Saya
Andeke Parsi
Lihat profil lengkapku