80% Lingkungan sangat mempengaruhi kita dan 60% pengalaman sangat membantu kita. Itu artinya kita harus melakukan tindakan yang nyata atau praktek untuk meningkatkan kemampuan kita. Dan bila belum terbiasa, maka lakukan 40 hari berturut-turut. Awal merupakan sulit. Namun kita bisa karena terbiasa...
Ganbatte!
Luruskan orientasimu!
Saling mengingatlah sesama teman
Satukan mimpi kita! Yosh!

Rendahnya Daya Saing

       "Ayah...ayah...nilaiku lebih besar darinya..." kata ku pada Ayah waktu SD. Namanya juga SD, jadi pamer bin norak sedikit. Dan wajar kalau norak ke orangtua. Ayahku tentunya bangga karena aku mampu mengalahkan temanku yang langganan juara kelas, sementara aku langganan juara tiga.
Tak disangka, teman dekatnya si juara kelas memandangku sinis dan mungkin menganggapku jahat.
Sebab di kelasku ini ada tiga geng yang terbentuk. Perempuan terbagi menjadi dua, dan laki-laki menyatu semua dengan ketua geng si anu. Nah, salah satu geng perempuan diketuai oleh juara kelas.  Setiap belajar, semua anggota gengnya menyerahkan hasil jawaban ke ketua geng dan kalau nilai ketua geng jelek, maka anggota geng akan merasa sedih dan saling merasa bersalah. Maka, wajar bila ada anggota gengnya sinis dan memandangku jahat karena aku senang bisa mengalahkan nilai si juara kelas. Itu sangat aneh, tidak hanya bagiku tapi bagi dunia pendidikan. Ya, selain belajar, kita juga memang akan berteman di kelas. Tapi bukan berarti kita kehilangan rasa iri positif itu. Benar-benar tidak ada daya saingnya sama sekali. Tidak hanya terjadi di SD, tapi juga sampai ku kuliah, aku melihat teman-temanku ada yang seperti itu. Baiknya, kita itu harus individualist kalau belajar. Jangan kita marah kalau kita tidak diberi contekaan, tapi marahlah atau kecewalah bila kita tidak diajar atau tidak diberi ilmu. Dengan menyontek, apa yang kita dapat selain nilai yang jelas bukan hasil kita. Selama hampir tiga semester ini aku tidak pernah mendapat peringkat apa-apa di kelas. Nilaiku lebih buruk dibanding nilai-nilaiku semasa sekolah. Mungkin karena pelajaran-pelajaran yang masih sangat baru bagiku terlebih latar belakang SMA ku berbeda jurusan dengan jurusan yang ku pilih di perkuliahan. Walau demikian, aku tetap merasa iri atau 'kesal' kalau ada yang juara kelas. Itu normal. Lagipula kita bersaing secara positif dan itu alami. Justru sangat aneh kalau ada teman yang memandang si juara kelas sebagai si pinter dan si teman ini tidak ada niat untuk menandingi nilai si juara kelas. Mungkin ini salah satu mengapa Indonesia hanya jalan di tempat. Murid-murid tidak memiliki daya saing sama sekali. Malah akan menadang sinis dan menjauhi orang yang tidak mau berbagi dalam ujian alias menyontek. Aku memang pernah menyontek. Tapi aku tidak pernah marah dan memaksa calon pemberi contekan karena itu hak dia, dia yang berusaha jadi suka-suka dia. Justru sebenarnya aku sangat malu khususnya pada diriku sendiri karena aku tidak mampu mengerjakannya dan ternyata aku menyalin dari apa yang teman kerjakan. Itu seharusnya yang dimiliki tiap orang secara normalnya.
Mungkin masih jarang anak-anak Indonesia yang demikian. Karena rata-rata dari kita hanya mengincar nilai, ijazah dan selesai. Seakan tidak punya tujuan hidup. Memang ada orang yang akhirnya menyadari di tengah jalannya. Tapi tidak sedikit dari kita yang akhirnya memang mengejar nilai yang penting selesai.
Adakah dari kita yang menyadarinya???
Aku harap kita sadar siapa kita. KITA INI ANAK MUDA!!! BUKAN BOCAH INGUSAN!!!

Penyalahgunaan 'Insha Allah'

Banyak dari kita yang mudah menyebut 'Insha Allah' untuk menyatakan perjanjian. Tapi hampir semua hanya 'Insha Allah' di mulut dan nytanaya banyak yang berpaling dari apa yang dijanjikan. Bahkan ada yang mengucap 'Insha Allah' dengan wajah senyum-senyum tanda keraguan. Tentu si teman akan bete. Maka banyak dari kita 'Jangan Insha Allah, tapi harus iya!'. Penggunaan Insha Allah itu sendiri berarti kita menyanggupi atas izin Allah. Sementara kita melalaikan dengan menyalahgunakannya dan banyak yang tidak suka dengan kata 'Insha Allah'. Kalau memang ragu, tidak usah 'Insha Allah'. Sebab, kita juga di dalam dua suku kata itu, kita juga berhadapan dengan Allah. Alangkah baiknya, kita yang anak muda jangan mudah terkontaminasi budaya buruk ini. Mungkin ini sepele. Tapi, semua yang besar, pasti dimulai dari yang terkecil bahkan mungkin sepele. Kita yang muda, kita yang berubah kalau mau maju, tidak baik saling menunjuk untuk saling menyalahkan.

About Me

Foto Saya
Andeke Parsi
Lihat profil lengkapku