Setahu kita, guru adalah yang patut ditiru bukan? Karena ia jauh lebih pengalaman dan pengetahuannya lebih banyak. Lalu bagaimana dengan guru yang asal-asalan???
Dia lulusan jurusan A tapi mengajar B. Dia tidak pernah berkecimpung di dunia A tapi mengajar pelajaran B. Jaka sembung ya gak nyambung!
Bukan ahlinya kenapa dia yang dipilih??? Pantes muridnya kayak gitu...
Saat bertanya, bukan dijawab malah bingung bahkan marah. Parahnya Ada yang cuma masuk kelas dan meringkas. Tidak pernah mengajar. Eh? Korupsi ding? Iya ding...dia kan tugasnya ngajar. Bukan nyuruh murid untuk meringkas. Ada yang lebih parah lagi. Datang, duduk, diam dan dapat duit???Ya, duit sebagai guru. Fungsinya sebagai guru dimana? aku bicara pengalaman loh. Bukan fitnah. Ini pun bukan aku saja yang muridnya tapi ada teman-teman sekelasku yang lain. Lalu, dimana kita mau pintar???? Kenapa dia bisa lolos jadi guru??? Itu pertanyaan besar!
Ya...saya hanya bisa berdecak sambil menggeleng-geleng kepala. Itu sama saja membuang-buang waktu. Cobalah berpikir untuk kemajuan bersama. Iya, pemerintahnya emang begitu. Trus mau apa? Kita juga ikut-ikutan begitu? Yang penting mereka sudah tahu dan biar Tuhan yang turun tangan nantinya. Kita ini ber-Tuhan. Mintalah pada Tuhan disertai dengan usaha-usaha kita. Allah sangat menghargai usaha hamba-Nya. Kalau kita mau berpegang tangan demi kemajuan negeri, Allah tentu tidak buta. Dia Maha Melihat. Kita guru misalnya. Kita sudah dipercaya sebagai guru. Itu artinya bertanggung jawab atas anak-anak indonesia yang mempercayai kita. Kalau kita seorang guru justru berbuat asal-asalan dalam mengajar, Allah tentu Maha Melihat. Pertanggungjawaban di akhirat nanti. Bagaimana kita saat kita menjadi guru. Apakah kita sudah berusaha semaksimal mungkin? Memang, manusia tidak ada yang sempurna. Tapi kalau tekad dan usaha kita kuat, itu sudah terhitung pahala. Hiduplah seratus persen semampu kita sekuat kita. Karena segala yang asal-asalan tidak ada nilainya. Mungikin, wajar kalau murid-muridnya atau remaja-remaji kita gak karuan. Karena ia belajar dari gurunya yang asal ngajar.
Dia lulusan jurusan A tapi mengajar B. Dia tidak pernah berkecimpung di dunia A tapi mengajar pelajaran B. Jaka sembung ya gak nyambung!
Bukan ahlinya kenapa dia yang dipilih??? Pantes muridnya kayak gitu...
Saat bertanya, bukan dijawab malah bingung bahkan marah. Parahnya Ada yang cuma masuk kelas dan meringkas. Tidak pernah mengajar. Eh? Korupsi ding? Iya ding...dia kan tugasnya ngajar. Bukan nyuruh murid untuk meringkas. Ada yang lebih parah lagi. Datang, duduk, diam dan dapat duit???Ya, duit sebagai guru. Fungsinya sebagai guru dimana? aku bicara pengalaman loh. Bukan fitnah. Ini pun bukan aku saja yang muridnya tapi ada teman-teman sekelasku yang lain. Lalu, dimana kita mau pintar???? Kenapa dia bisa lolos jadi guru??? Itu pertanyaan besar!
Ya...saya hanya bisa berdecak sambil menggeleng-geleng kepala. Itu sama saja membuang-buang waktu. Cobalah berpikir untuk kemajuan bersama. Iya, pemerintahnya emang begitu. Trus mau apa? Kita juga ikut-ikutan begitu? Yang penting mereka sudah tahu dan biar Tuhan yang turun tangan nantinya. Kita ini ber-Tuhan. Mintalah pada Tuhan disertai dengan usaha-usaha kita. Allah sangat menghargai usaha hamba-Nya. Kalau kita mau berpegang tangan demi kemajuan negeri, Allah tentu tidak buta. Dia Maha Melihat. Kita guru misalnya. Kita sudah dipercaya sebagai guru. Itu artinya bertanggung jawab atas anak-anak indonesia yang mempercayai kita. Kalau kita seorang guru justru berbuat asal-asalan dalam mengajar, Allah tentu Maha Melihat. Pertanggungjawaban di akhirat nanti. Bagaimana kita saat kita menjadi guru. Apakah kita sudah berusaha semaksimal mungkin? Memang, manusia tidak ada yang sempurna. Tapi kalau tekad dan usaha kita kuat, itu sudah terhitung pahala. Hiduplah seratus persen semampu kita sekuat kita. Karena segala yang asal-asalan tidak ada nilainya. Mungikin, wajar kalau murid-muridnya atau remaja-remaji kita gak karuan. Karena ia belajar dari gurunya yang asal ngajar.
0 comments: